Feature Ad (728)

Latest In

Kamis, 27 November 2014

Istri yang Taat Suami Dijamin Surga

Di antara keutamaan istri yang taat pada suami adalah akan dijamin masuk surga. Ini menunjukkan kewajiban besar istri pada suami adalah mentaati perintahnya.
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Yang dimaksudkan dengan hadits di atas adalah jika seorang wanita beriman itu meninggal dunia lantas ia benar-benar memperhatikan kewajiban terhadap suaminya sampai suami tersebut ridha dengannya, maka ia dijamin masuk surga. Bisa juga makna hadits tersebut adalah adanya pengampunan dosa atau Allah meridhainya. (Lihat Nuzhatul Muttaqin karya Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, hal. 149).
Begitu pula ada hadits dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dengan ketaatan seorang istri, maka akan langgeng dan terus harmonis hubungan kedua pasangan. Hal ini akan sangat membantu untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Islam pun memuji istri yang taat pada suaminya. Bahkan istri yang taat suami itulah yang dianggap wanita terbaik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Sebagian istri saat ini melupakan keutamaan taat pada suami. Sampai-sampai menganggap ia harus lebih daripada suami sehingga dialah yang mesti ditaati karena karirnya lebih tinggi dan titelnya lebih mentereng. Wallahul musta’an.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Minggu, 23 November 2014

Penyebab Kesesatan

Apa sumber kesesatan yang menjerumuskan manusia? Dan bagaimana cara terjaga dari kesesatan?


Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah berkata: “Barangsiapa yang mencermati keadaan kaum ahli bid’ah secara umum, niscaya akan dia dapati bahwa sebenarnya sumber kesesatan mereka itu adalah karena tidak berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah.


Hal itu bisa jadi karena mereka bersandar kepada akal dan pendapat-pendapat, mimpi-mimpi, hikayat-hikayat/cerita yang tidak jelas, atau perkara lain yang dijadikan oleh kaum ahlul ahwaa’ (penyeru bid’ah) sebagai sumber dasar hukum bagi mereka” (lihat at-Tuhfah as-Saniyyah Syarh al-Manzhumah al-Haa’iyah, hal. 15).


Di dalam kitab Aqidah Ath Thahawiyah, Imam Abu Ja’far ath-Thahawi rahimahullah mengatakan: “dan kami -Ahlus Sunnah- mengikuti as-Sunnah dan al-Jama’ah. Kami menjauhi perkara-perkara yang syadz/nyleneh, khilaf/perselisihan, dan furqah/perpecahan”.


Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah mengatakan: “Yang dimaksud as-Sunnah adalah jalan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan yang dimaksud al-Jama’ah adalah jama’ah kaum muslimin; yaitu para sahabat, dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Oleh sebab itu mengikuti mereka [salafus shalih] adalah petunjuk dan menyelisihi mereka adalah kesesatan.” (lihat ar-Riyadh an-Nadiyyah, hal. 136)


Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata: “Adapun apabila mereka -ahlus sunnah- berselisih/berbeda pendapat, maka pendapat salah satu diantara mereka bukanlah menjadi hujjah/argumen yang dengan sendirinya bisa mengalahkan pendapat pihak lain -sesama ahlus sunnah- akan tetapi yang wajib adalah mengembalikan permasalahan yang dipersengketakan itu kepada Allah dan Rasul.


Hal itu sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا


“Kemudian apabila kalian bersengketa/berselisih mengenai suatu perkara apa pun, hendaklah kalian kembalikan hal itu kepada Allah dan Rasul. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Itulah yang terbaik dan paling bagus hasilnya.” (QS. An-Nisaa’: 59)


(lihat al-Manhaj as-Salafi oleh Dr. Mafrah bin Sulaiman al-Qusi, hal. 360)


Kesimpulan:


1- Berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah menjaga dari kesesatan


2- Mengikuti cara beragama salafus shalih adalah jalan keselamatan


3- Wajibnya kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah ketika berselisih




Silahkan di Share dari ikon dibawah ini, semoga Keberkahan dari menyebarkan Ilmu anda dapatkan :-) 

Sabtu, 22 November 2014

Dzikir Bukan Hanya di Lisan

Perlu dipahami bahwa dzikir itu bukan hanya di lisan.


Kita tahu bagaimanakah keutamaan berdzikir. Namun dzikir yang utama bukan hanya di lisan. Dzikir yang baik adalah dengan lisan disertai perenungan dalam hati.


Adapun dalam doa, kita diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memohon pada Allah supaya rajin berdzikir. Hal ini dapat terlihat pada wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Mu’adz berikut ini.


Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang tangannya lalu berkata,


يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ


“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu.”


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya bersabda,


أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ


“Aku memberikanmu nasehat, wahai mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan saat di penghujung shalat (di akhir shalat setelah sama) bacaan doa: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah yang baik pada-Mu).”


Disebutkan di akhir hadits,


وَأَوْصَى بِذَلِكَ مُعَاذٌ الصُّنَابِحِىَّ وَأَوْصَى بِهِ الصُّنَابِحِىُّ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ.


“Mu’adz mewasiatkan seperti itu pada Ash Sunabihi. Lalu Ash Shunabihi mewasiatkannya lagi pada Abu ‘Abdirrahman.” (HR. Abu Daud no. 1522 dan An Nasai no. 1304. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).


Mengenai dzikir yang hakiki diterangkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah sebagai berikut.


“Dzikir bukanlah hanya sekedar menggerakkan lisan, dzikir mestilah berbarengan antara hati dan lisan.


Jika disertai hati, dzikir pada Allah berarti ada perenungan terhadap nama dan sifat-Nya. Dzikir tersebut pun mengandung perenungan terhadap perintah dan larangan-Nya. Dzikir pada Allah juga mengandung dzikir dengan mengingat kalam atau firman-Nya.


Seperti di atas bisa terwujud jika seseorang mengenal Allah dengan baik, beriman pada-Nya, mengimani sifat-Nya yang sempurna, mengakui akan keagungan-Nya, serta memuji-Nya dengan berbagai macam sanjungan. Itu semua bisa dicapai jika seseorang mentauhidkan Allah dengan benar.


Dzikir yang hakiki melazimkan hal-hal di atas seluruhnya. Namun dzikir yang hakiki bisa terwujud bila seseorang mengingat nikmat dan karunia-Nya, serta merenungkan bagaimanakah kasih sayang Allah (ihsan) pada makhluk-Nya.” (Al Fawaid, hal. 193).


Semoga kita dimudahkan dalam berdzikir dengan hati dan lisan.


Allahumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik, artinya: Ya Allah, tolonglah kami dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah yang baik pada-Mu.


Wa billahit taufiq.


 

Referensi:


Al Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tahqiq: Salim bin ‘Ied Al Hilali, terbitan Maktabah Ar Rusyd, cetakan keenam, tahun 1431 H.






Silahkan di Share dari ikon dibawah ini, semoga anda mendapatkan pahala dali Allah ta'ala karena telah menyebarkan ilmu

Kamis, 20 November 2014

Kultum Bahasa Jawa - Doa Ingkang Mustajab


Alhamdulillah, 

mangga sami tansah memuji syukur dumateng ngarsaning Allah subhanahu wata'ala. Ingkang sampun maringi kanikmatan, rizki, rahmat ugi hidayah, arupi kesehatan, iman saha Islam.

Shalawat saha salam, katunjuk dumateng panutan kita Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, ingkang sampun kautus dening Allah supados nuntun umat manungsa dateng margi ingkang leres.

Mugi rahmat saha salam, kaparingna dateng keluarga Nabi Muhammad  shallallahu alaihi wasallam, poro sahabat, tabiin – tabi’ut-tabiin, sedaya umat muslim khususan ingkang kerso netepi ugi njagi sunah2ipun Rasulullah  shallallahu alaihi wasallam. Insya Allah, mugi kalebet kula panjenengan sedaya.

Para sederek Kaum Muslimin  ingkang Minulya
Saklebetipun kito gesang wonten dunyo puniko mestinipun saben-saben tiyang gadahi panyuwunan, kepinginan, utawi cita-cita ingkang mawarni-warni. Sedoyo usaha dipun kerahaken kangge wujudtaken sedoyo ingkang dados keinginan kito. ananging saklebetipun kito usaha ampun ngantos kito supe dateng amalan ibadah ingkang saget paring kesuksesan inggih puniko Doa.

Jamaah ingkang minulyo
Saklebetipun Doa, selaku kaum muslimin kito kedah paring wigati dateng punopo maon ingkang saget dadosaken Doa dipun ijabahi lan penyebab doa ingkang tertolak.
Dene punopo kemawon ingkang saget dadosaken doa dipun ijabahi, antaranipun:

1. Ikhlas saklebetipun doa.

Meniko modal ingkang utami supados doa kito dipun ijabahi Alloh.
Allah Ta’ala berfirman,
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al Mu’min: 14)

2. Nderek dateng tuntunanipun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)

Rasululloh paring tuntunan kaitanipun kalian manjataken doa inggih puniko maos pujian dateng Alloh, shalawat dateng Rasululloh, Ndadep kiblat, lan wonten katah malih.

3. Kedah yakin doanipun terkabul. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”

4. Kedah bener-bener manteb harapanipun.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمْ فِى الدُّعَاءِ وَلاَ يَقُلِ اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِى فَإِنَّ اللَّهَ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ

“Jika salah seorang dari kalian berdoa hendaklah benar-benar mantap dalam mengharap, dan janganlah mengatakan: ‘Allahumma in syi’ta fa-a’thini (Ya Allah jika Engkau menghendaki maka berikanlah untukku), karena sesungguhnya Allah ‘azza wajalla tidak dalam tekanan.”


5. Mendet wekdal ingkang mustajab.

Milih wekdal ingkang sae kagem doa kados antaranipun adzan lan iqomah, sepertiga malam akhir, lan lintunipun.


Mugi mugi Allah tansah midanget lan ngijabahi dunga panyuwun kita, andadosaken hamba Alloh ingkang manggihi kabegjan dunya ngantos akhirat. Amin.

Semoga Bermanfaat




Selasa, 18 November 2014

Rahasiakan Sedekah


Rahasiakanlah sedekah kita. Menyembunyikan sedekah lebih utama daripada terang-terangan kecuali sedekah yang wajib. Menyembunyikan ini lebih dekat pada keikhlasan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271).

Syaikh As Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “Jika sedekah tersebut ditampakkan dengan tetap niatan untuk meraih wajah Allah, maka itu baik. Dan seperti itu sudah mencapai maksud bersedekah. Namun jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka itu lebih baik. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi lebih utama daripada dilakukan secara terang-terangan. Namun jika tidak sampai bersedekah karena ia maksud sembunyikan, maka tetap menyampaikan sedekah tadi secara terang-terangan itu lebih baik. Jadi semuanya dilakukan dengan kembali melihat maslahat.”

Kata Ibnu Katsir berkata bahwa tetap bersedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih afdhol karena berdasarkan hadits,

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata,

1- Imam (pemimpin) yang adil.

2- Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.

3- Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.

4- Dua orang yang saling mencintai karena Allah, di mana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.

5- Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan, “Sungguh aku takut kepada Allah.”

6- Seseorang yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.

7- Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031).

Hadits di atas menunjukkan bahwa keutamaan sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Para ulama mengatakan bahwa inilah yang berlaku pada sedekah sunnah, secara sembunyi-sembunyi itu lebih utama. Cara seperti itu lebih dekat pada ikhlas dan jauh dari riya’. Adapun zakat wajib, dilakukan secara terang-terangan itu lebih afdhol. Demikian pula shalat, shalat wajib dilakukan terang-terangan, sedangkan shalat sunnah lebih afdhol sembunyi-sembunyi karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.”

Para ulama katakan bahwa penyebutan tangan dan kiri di sini hanyalah ibarat yang menggambarkan sedekahnya benar-benar dilakukan secara diam-diam. Tangan kanan dan kiri, kita tahu begitu dekat dan selalu bersama. Ini ibarat bahwa sedekah tersebut dilakuan secara sembunyi-sembunyi. Demikian kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Hanya Allah yang memberi hidayah.


Sebelum Membicarakan Jelek Saudaramu


Kadang kita membicarakan jelek orang lain (ghibah), padahal diri kita sendiri penuh kekurangan. Seharusnya kita pandai bercermin, melihat kekurangan sendiri.

Sebagian wanita yang berjilbab kecil, kadang berkomentar sinis pada ibu berjilbab syar’i, “Idih, jilbab gede ini, kayak teroris saja.”

Sebagian kita lagi membicarakan kelakuan jelek tetangganya, “Itu loh tetangga kita, punya mobil baru lagi, benar-benar tak pernah puas dengan dunia.”

Sebelum membicarakan jelek saudaramu, coba pikirkan hadits ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاةَ فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذْلَ- أَوْ الجَذْعَ – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 592, riwayat yang shahih)

Maksud perkataan sahabat Abu Hurairah di atas adalah sama seperti pepatah dalam bahasa kita “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak”.

Artinya, aib orang lain sebenarnya kita tidak tahu seluruhnya. Selalu kita katakan mereka jelek, mereka sombong, mereka sok alim, dan cap jelek lainnya. Sedangkan aib kita, kita yang lebih tahu. Kalau aib orang lain kita hanya tahunya “kecil” makanya Abu Hurairah ungkapkan dengan istilah “kotoran kecil di mata”. Namun aib kita, kita yang lebih tahu akan “besarnya”, maka dipakai dalam hadits dengan kata “kayu besar”. Sebenarnya kita yang lebih tahu akan kekurangan kita yang begitu banyak.

So … coba terus introspeksi diri daripada terus membicarakan aib dan kekurangan saudara kita. Cobalah berusaha agar diri kita menjadi lebih baik.

Moga kita dapat hidayah.


Harga BBM Naik, Rezeki Sudah Dijamin



Ingatlah bahwa rezeki sudah dijamin oleh Allah. Jadi tak perlu khawatir dengan kenaikan harga BBM, tak perlu punya rasa takut dengan harga barang kebutuhan pokok pun yang ikut naik.

Buktinya sejak dulu BBM naik, malah kendaraan makin banyak, malah masyarakat tetap konsumtif.

Rezeki Sudah Dijamin

Ketahuilah setiap yang terjadi di muka bumi ini sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh sejak 50.000 tahun yang lalu sebelum penciptaan langit dan bumi. Termasuk juga rezeki kita sudah terjamin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)

Dalam hadits lainnya disebutkan,

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ

“Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan (setelah ‘arsy, air dan angin) adalah qalam (pena), kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata, “Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya.” (HR. Tirmidzi no. 2155. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ibnul Qayyim berkata dalam Al Fawaid berkata,

“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.

Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar.

Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya DUA JALAN REZEKI yang lain [yakni dua puting susu ibunya], dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat.

Lalu ketika masa menyusui habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Allah membuka EMPAT JALAN REZEKI lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan dan dua minuman. Dua makanan = dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman = dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.

Lalu ketika dia meninggal, terputuslah empat jalan rezeki ini, Namun Allah –Ta’ala- membuka baginya -jika dia hamba yang beruntung- DELAPAN JALAN REZEKI, itulah pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja dia kehendaki.

Dan begitulah Allah Ta’ala, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang lebih afdhol dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga.”

Masihkah kita khawatir dengan rezeki?

Rezeki Sudah Diatur dengan Adil

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553)

Dalam ayat lain disebutkan pula,

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isra’: 30)

Ibnu Katsir menjelaskan, “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah di antara hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin.” Sebelumnya beliau rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kaya dan miskin bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Di balik itu semua ada hikmah.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 5: 71)

Jadi rezeki sudah diatur, jangan pernah khawatir. Semoga Allah beri kesabaran pada kita dengan kenaikan harga BBM ini dan terus yakin akan jaminan rezeki dari Ar Rozzaq, Allah Yang Maha Pemberi Rezeki.

Hanya Allah yang memberi taufik.


Selesai disusun 14: 05 PM, 25 Muharram 1436 H @ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Oleh Al Faqir Ilallah: M. Abduh Tuasikal, MSc