Apa sumber kesesatan yang menjerumuskan manusia? Dan bagaimana cara terjaga dari kesesatan?
Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah berkata: “Barangsiapa yang mencermati keadaan kaum ahli bid’ah secara umum, niscaya akan dia dapati bahwa sebenarnya sumber kesesatan mereka itu adalah karena tidak berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah.
Hal itu bisa jadi karena mereka bersandar kepada akal dan pendapat-pendapat, mimpi-mimpi, hikayat-hikayat/cerita yang tidak jelas, atau perkara lain yang dijadikan oleh kaum ahlul ahwaa’ (penyeru bid’ah) sebagai sumber dasar hukum bagi mereka” (lihat at-Tuhfah as-Saniyyah Syarh al-Manzhumah al-Haa’iyah, hal. 15).
Di dalam kitab Aqidah Ath Thahawiyah, Imam Abu Ja’far ath-Thahawi rahimahullah mengatakan: “dan kami -Ahlus Sunnah- mengikuti as-Sunnah dan al-Jama’ah. Kami menjauhi perkara-perkara yang syadz/nyleneh, khilaf/perselisihan, dan furqah/perpecahan”.
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah mengatakan: “Yang dimaksud as-Sunnah adalah jalan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan yang dimaksud al-Jama’ah adalah jama’ah kaum muslimin; yaitu para sahabat, dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Oleh sebab itu mengikuti mereka [salafus shalih] adalah petunjuk dan menyelisihi mereka adalah kesesatan.” (lihat ar-Riyadh an-Nadiyyah, hal. 136)
Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata: “Adapun apabila mereka -ahlus sunnah- berselisih/berbeda pendapat, maka pendapat salah satu diantara mereka bukanlah menjadi hujjah/argumen yang dengan sendirinya bisa mengalahkan pendapat pihak lain -sesama ahlus sunnah- akan tetapi yang wajib adalah mengembalikan permasalahan yang dipersengketakan itu kepada Allah dan Rasul.
Hal itu sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Kemudian apabila kalian bersengketa/berselisih mengenai suatu perkara apa pun, hendaklah kalian kembalikan hal itu kepada Allah dan Rasul. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Itulah yang terbaik dan paling bagus hasilnya.” (QS. An-Nisaa’: 59)
(lihat al-Manhaj as-Salafi oleh Dr. Mafrah bin Sulaiman al-Qusi, hal. 360)
Kesimpulan:
1- Berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah menjaga dari kesesatan
2- Mengikuti cara beragama salafus shalih adalah jalan keselamatan
3- Wajibnya kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah ketika berselisih
0 komentar:
Posting Komentar